Video Vertikal: Tren Baru yang Mengubah Cara Kita Konsumsi Berita

Video Vertikal Video Vertikal
Assedrani Official

Video vertikal kini semakin terasa dekat dan personal. Dari ponsel kita, tanpa perlu memutar layar, video vertikal telah menjadi cara baru yang populer untuk menikmati informasi. Format ini sudah lama mendominasi platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube. Tapi kini, video vertikal juga mulai merambah situs berita besar seperti The Washington Post, The Economist, dan The New York Times. Jadi, apa yang membuat format ini begitu menarik?

Ketika reporter dari Wired mengikuti perjalanan mobil otonom Waymo di San Francisco, mereka menggunakan video vertikal untuk membawa pembaca lebih dalam ke cerita. Di artikel lain, reporter berdiri di depan kamera dengan latar belakang yang santai, seperti poster Godzilla atau lampu lava, memberikan nuansa kasual yang tidak biasanya ditemukan di berita tradisional. Video semacam ini tidak hanya informatif, tetapi juga mengundang audiens untuk merasa terhubung.

Menurut survei dari Reuters Institute for the Study of Journalism, 66% responden menonton video berita pendek setiap minggu, tetapi sebagian besar masih melakukannya lewat platform sosial, bukan langsung dari situs berita. Kini, para penerbit mencoba mengubah kebiasaan itu. Misalnya, The Economist meluncurkan carousel video vertikal di situs dan aplikasinya. Video ini didesain untuk bisa ditonton cepat, antara 90 detik hingga 4 menit, dengan berbagai format seperti wawancara, animasi, hingga klip dari podcast.

Liv Moloney, kepala video di The Economist, mengungkapkan bahwa tujuan mereka adalah membuat jurnalisme lebih fleksibel untuk dinikmati sesuai keinginan pembaca. Bahkan, data menunjukkan bahwa pengunjung situs mereka kini menonton lebih banyak video pendek dalam sekali kunjungan dibandingkan video panjang sebelumnya. Hal serupa juga terjadi di The Washington Post dan The New York Times. Kedua media ini memanfaatkan video vertikal untuk liputan langsung, reaksi reporter, hingga tips praktis seperti cara mengelola sampah surat.

Bagi The Washington Post, video vertikal bukanlah hal baru. Sejak 2015, mereka telah menggunakan format ini untuk melaporkan berita lapangan. Namun, belakangan, video vertikal menjadi setengah dari seluruh produksi video mereka setiap hari. Micah Gelman, direktur video di The Washington Post, mengatakan bahwa ekspektasi audiens saat ini adalah segala hal bisa diakses secara vertikal, tanpa perlu memutar ponsel.

Hal menarik lainnya datang dari The New York Times. Mereka bereksperimen dengan berbagai gaya video vertikal, mulai dari reporter yang berbicara langsung ke kamera hingga klip dari podcast populer mereka, The Daily. Salah satu contohnya, video reaksi reporter terhadap nominasi politikus Gaetz. Dengan gaya yang lebih spontan, video ini memberikan kesan seperti sedang mengikuti panggilan FaceTime yang intens.

Meski format ini terus berkembang, tantangan tetap ada. Reporter yang terbiasa menulis kini harus tampil di depan kamera, memberikan narasi yang lebih interaktif. Namun, justru inilah yang membuat video vertikal terasa otentik. Mereka bukan sekadar penyiar profesional, melainkan ahli di bidangnya yang berbagi wawasan langsung kepada audiens.

Video vertikal juga menghadirkan peluang baru bagi media untuk mendekatkan diri dengan pembaca muda. Dengan pendekatan yang lebih santai dan beragam, format ini memungkinkan berita terlihat lebih relevan dan mudah dicerna. Sebagai contoh, The Economist kini juga bereksperimen dengan video vertikal dalam berbagai bahasa seperti Spanyol, Prancis, hingga Mandarin, menunjukkan bahwa inovasi ini tidak hanya terbatas pada audiens berbahasa Inggris.

Kesimpulannya, video vertikal bukan hanya tren sesaat. Ini adalah cara baru yang semakin diminati untuk mengonsumsi berita. Dari liputan mendalam hingga tips ringan, format ini membuktikan bahwa jurnalisme bisa terus berkembang seiring perubahan cara kita mengakses informasi. Dan yang terpenting, semuanya ada di genggaman, tanpa perlu memutar layar.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post
Iklan Digital

Iklan Digital Bawa Industri Periklanan Global Pecah Rekor di 2024

Next Post
Marianne Admardatine

Marianne Admardatine & Innovator 25: PR Game Changers 2024